Jumat, 13 September 2013

SISWA-SISWI KATOLIK SMK NEGERI 1 SUNGAILIAT DAN KEGIATAN BULAN KITAB SUCI 2013




Alfons Liwun: fasilitasi sharing
Tema pokok yang mau diusung siswa-siswi Katolik yang sedang bersekolah di SMK Negeri 1 Sungailiat dalam bulan Kitab Suci Nasional 2013 adalah "Kitab Suci Sebagai Pegangan Hidup." Membaca dan meniti judul yang ditawarkan ini, ada dua pokok yang mau disampaikan dalam judul ini. Pertama, Kitab Suci, dan kedua, pegangan hidup. Kedua pokok itu dibahas secara singkat berikut ini. Pembahasan secara rinci ini bersumber pada hasil belajar dari pertemuan Bulan Kitab Suci se-Regional Sumatera di Pematang Siantar, Medan, 28-31 September 2013 yang dibawakan oleh RP. Urip Stanislaus, OFMCap, wakil ketua Lembaga Biblika Indonesia (LBI).
Kitab Suci.
Kitab Suci orang Kristen sering disebut Kitab Suci atau Alkitab. Kata Alkitab, asal katanya dari bahasa Arab, yaitu kata “al” dan kata “kitab”. Kata “al” tidak punya arti apa-apa. Kata “al” merujuk pada sebuah jenis tertentu, entah jenis kelamin atau jenis yang lainnya yang ada di depan kata “al”. Merujuk pada jenis kelamin atau jenis lain yang ada didepannya, menunjukkan bahwa sesuatu yang ada di depan kata “al” itu memiliki suatu kualitas atau mutu atau unggul. Maka kata “al” bisa kita artikan: mutu, kualitas dan unggul. Sedangkan kata “kitab” artinya buku.
Para Siswa Katolik berpose ria di depan Gua Maria
Jadi secara harafiah, Al-Kitab berarti “buku yang unggul”. Pertanyaannya adalah “dimana letak keunggulannya?” Keunggulan Al-Kitab bukan terletak pada materinya seperti: mutu kertas, huruf emas, dan hard cover.Walaupun secara materi kualitas Al-Kitab sudah teruji dan amat sangat bagus bila dibandingkan buku-buku lain masa sekarang.Keunggulan Al-Kitab sebenarnya terletak pada ISI-nya. Mengapa keunggulan Al-Kitab terletak pada ISI-nya? Karena ISI Al-Kitab itu sendiri merupakan kesaksian iman tentang sabda Allah dan karya Allah yang menyelamatkan dunia dan manusia. Jadi Al-Kitab adalah buku kesaksian iman. Penekanan terletak pada “kesaksian.” Didalam kesaksian itu terdapat pengalaman dan pengetahuan. Sehingga orang yang membacanya pun harus memahami bahwa Al-Kitab adalah buku kesaksian iman. Misal, Yosua 10:12-14.

Pegangan Hidup.
Elias Fransiskus Sitinjak: menjelaskan rangkaian kegiatan
Jika Al-Kitab harus menjadi pegangan hidup maka orang-orang yang membaca dan memahaminya memiliki iman. Pertanyaannya adalah apa itu iman? Disini saya tidak mendefinisikan iman. Saya hanya memberikan bahwa didalam diri seseorang yang beriman itu, harus memiliki tiga kriteria berikut ini. Pertama, orang itu harus thinking: berpikir atau orang yang sudah berpikir matang.Kedua, trusting: mempercayai. Orang yang didalam dirinya memiliki kepercayaan yang kuat. Ketiga, doing: melakukan. Orang yang telah menyiapkan diri untuk melakukan apa yang dipikirkan dan dipercayai; yang merupakan hasil dari membaca. Ketiga kriteria ini merupakan satu kesatuan. Tanpa satu kesatuan, maka saya mengandaikan seperti sumur tanpa dasar. Bagaimana mungkin seseorang hanya membaca tetapi tidak berpikir? Bagaimana seseorang hanya membaca dan berpikir tetapi tidak mempercayai apa yang dibaca dan dipikirkannya?
Dan bagaimana seseorang membaca dan berokir serta mempercayai jika ia tidak melakukannya? Maka apa yang dibaca dan dipikirkan, dan yang dipercayainya dan dengan tekun melakukannya maka imannya akan menjadi tumbuh subur. Dan jika semua kriteria ini telah ada didalam diri seseorang, maka Al-Kitab yang adalah kesaksian iman akan menjadi pegangan hidupnya. Jika sudah menjadi pegangan hidup seseorang, ketika seseorang menghadapi situasi hidup: baik itu susah maupun senang, ia akan selalu mencari jalan keluar dalam hidupnya dengan bertolak pada Al-Kitab. Karena didalam Al-Kitab itulah, Allah sedang berbicara kepadanya dan menuntun dia serta memberikan jalan keluar terbaik untuk hidup yang lebih baik sesuai dengan kehendak Allah sendiri.

Quis Kitab Suci:
Selain bahan yang disampaikan ini, juga siswa-siswi mengikuti quis Kitab Suci dengan membaca teks Injil Markus dari bab 10-16. Teks ini dibaca untuk menjawab pertanyaan quis yang disusun oleh Elias Fransiskus Sitinjak, S.Ag, guru Agama Katolik di sekolah tersebut dan Alfons Liwun, katekis yang bertugas di Paroki Sungailiat. Seluruh proses kegiatan ini dilaksanakan di Gua Maria Paroki Belinyu, Bangka. Proses kegiatan ini dilakukan dalam tiga bagian.
Salah seorang siswi tekun membaca soal
Bagian pertama, siswa-siswi diajak untuk berziarah ke Gua Maria St. Maria Pelindung Segala Bangsa, Belinyu. Dalam ziarah bersama itu, siswa-siswi diajak untuk berdoa ke Yesus melalui Bunda Maria, dengan berdoa Rosario dan diakhiri dengan renungan yang dibawakan oleh Alfons Liwun, yang diambil dari teks Kisah Para Rasul 1:12-14. Alfons Liwun, mengajak siswa-siswi untuk melihat dan menyadari bagaimana peran Bunda Maria setelah Yesus naik ke surga, dengan sebuah pertanyaan dasar, apa peran Bunda Maria yang secara eksplisit ada didalam teks Kisah Para Rasul (Kis.) tersebut? Memang secara nyata Lukas (penulis Kis.) tidak menulis secara nyata, peran Bunda Maria. Peran Maria terungkap jika kita diminta untuk mendalami teks itu. Peran Maria disana adalah menjalankan perintah Yesus dengan mengumpulkan para murid Yesus untuk berdoa, sharing pengalaman hidup bersama Yesus dan tentu pengalaman-pengalaman kebersamaan dengan Yesus harus dihidupkan dalam kenyataan hidup riil.
Bagian kedua, siswa-siswi mengadakan quis Kitab Suci, dengan menjawab secara pribadi pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan oleh para pendamping mereka. Jawaban secara tertulis dilakukan dengan siswa-siswi menyebar di beberapa stasi jalan salib dan diseputar halaman depan gua Maria. Elias, guru agama mereka menjelaskan bahwa maksud pembagian yang demikian adalah supaya dalam proses mengerjaan jawaban, para siswa-siswi juga sedang disampingi dan disaksikan oleh Maria, Ibu Yesus sendiri. Maria menjadi saksi bila terjadi contek. Ha....
Pendamping dan para siswa main game
Bagian ketiga, siswa-siswi diajak untuk mengalami kebersamaan dengan membangun kerjasama antar mereka, kreativitas menciptakan persatuan diantara mereka, bersatu dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencari jalan keluar dengan game-game yang telah disiapkan para pendamping. Permainan games ini dilakukan di Pantai Penyusuk-Modong, hampir sejam perjalanan dari Kota Belinyu. Pantai yang indah dan mempesona seakan penjemput kehadiran siswa-siswi untuk merasakan kebersamaan dan membangun persekutuan diantara mereka. Makan bersama dengan makanan alakadarnya, menambah semangat para siswa-siswi mengikuti proses kegiatan itu dengan lebih gembira.
Para siswa main game: permainan yang mengasyikan.
Ditengah cerahnya mentari dan anggin pantai yang segar, kebersamaan yang dialami itu, akhirnya dihentikan sejenak untuk berdoa, dan mengakhiri rangkaian kegiatan quis Kitab Suci itu. Rombongan pulang ke Sungailiat, namun dalam bus Pownis, para siswa-siswi berunding untuk di singgah di Kota Otak-Otak. Mereka membeli kerupuk dan otak-otak sebagai hadiah bagi orangtua dan teman-teman SMK Negeri 1 Sungailiat yang tidak mengikuti kegiatan itu. Bukan hanya para siswa, para guru pendamping seperti: Richardo Siahaan, S.Kom, Siswadi Nugroho, S.Kom, dan Endang Hermanto, A.md. pun ikut berbelanja otak-otak di pinggir jalan untuk teman-teman guru mereka yang kebetulan tidak ikut mendampingi.

Para pendamping belanja otak2 Vicky di pinggir jalan Belinyu
Elias, guru agama Katolik berpesan kepada anak asuhannya, mudah-mudahan rangkaian acara Bulan Kitab Suci mengingatkan kita bahwa Sabda Allah adalah satu-satunya sumber hidup rohani dan penenang jiwa. Oleh karena itu, hendaknya siswa-siswi SMK Negeri 1 Sungailiat menggalakkan cinta kepada Kitab Suci dengan berbagai langkah, seperti menghafal ayat-ayat Kitab Suci sebagai pegangan hidup, dengan mengikuti perikop bacaan pada hari yang bersangkutan, sehingga Kitab Suci tidak hanya disimpan tetapi harus dibaca terus menerus dan berusaha untuk dilaksanakan perintah Yesus.***alfonsliwun**