Alfons Liwun: fasilitasi sharing |
Tema pokok yang mau diusung
siswa-siswi Katolik yang sedang bersekolah di SMK Negeri 1 Sungailiat dalam
bulan Kitab Suci Nasional 2013 adalah "Kitab Suci Sebagai Pegangan
Hidup." Membaca dan meniti judul yang ditawarkan ini, ada dua pokok yang mau
disampaikan dalam judul ini. Pertama, Kitab Suci, dan kedua,
pegangan hidup. Kedua pokok itu dibahas secara singkat berikut ini. Pembahasan
secara rinci ini bersumber pada hasil belajar dari pertemuan Bulan Kitab Suci
se-Regional Sumatera di Pematang Siantar, Medan, 28-31 September 2013 yang
dibawakan oleh RP. Urip Stanislaus, OFMCap, wakil ketua Lembaga Biblika
Indonesia (LBI).
Kitab
Suci.
Kitab Suci orang Kristen
sering disebut Kitab Suci atau Alkitab. Kata Alkitab, asal katanya dari bahasa
Arab, yaitu kata “al” dan kata “kitab”. Kata “al” tidak punya arti apa-apa.
Kata “al” merujuk pada sebuah jenis tertentu, entah jenis kelamin atau jenis
yang lainnya yang ada di depan kata “al”. Merujuk pada jenis kelamin atau jenis
lain yang ada didepannya, menunjukkan bahwa sesuatu yang ada di depan kata “al”
itu memiliki suatu kualitas atau mutu atau unggul. Maka kata “al” bisa kita
artikan: mutu, kualitas dan unggul. Sedangkan kata “kitab” artinya buku.
Para Siswa Katolik berpose ria di depan Gua Maria |
Jadi secara harafiah,
Al-Kitab berarti “buku yang unggul”. Pertanyaannya adalah “dimana letak
keunggulannya?” Keunggulan Al-Kitab bukan terletak pada materinya seperti: mutu
kertas, huruf emas, dan hard cover.Walaupun secara materi kualitas Al-Kitab
sudah teruji dan amat sangat bagus bila dibandingkan buku-buku lain masa
sekarang.Keunggulan Al-Kitab sebenarnya terletak pada ISI-nya. Mengapa
keunggulan Al-Kitab terletak pada ISI-nya? Karena ISI Al-Kitab itu sendiri
merupakan kesaksian iman tentang sabda Allah dan karya Allah yang menyelamatkan
dunia dan manusia. Jadi Al-Kitab adalah buku kesaksian iman. Penekanan terletak
pada “kesaksian.” Didalam kesaksian itu terdapat pengalaman dan pengetahuan.
Sehingga orang yang membacanya pun harus memahami bahwa Al-Kitab adalah buku
kesaksian iman. Misal, Yosua 10:12-14.
Pegangan
Hidup.
Elias Fransiskus Sitinjak: menjelaskan rangkaian kegiatan |
Jika Al-Kitab harus menjadi
pegangan hidup maka orang-orang yang membaca dan memahaminya memiliki iman.
Pertanyaannya adalah apa itu iman? Disini saya tidak mendefinisikan iman. Saya
hanya memberikan bahwa didalam diri seseorang yang beriman itu, harus memiliki
tiga kriteria berikut ini. Pertama, orang itu harus thinking: berpikir atau orang yang sudah
berpikir matang.Kedua,
trusting: mempercayai. Orang yang didalam dirinya memiliki kepercayaan yang
kuat. Ketiga, doing: melakukan. Orang yang telah menyiapkan
diri untuk melakukan apa yang dipikirkan dan dipercayai; yang merupakan hasil
dari membaca. Ketiga kriteria ini merupakan satu kesatuan. Tanpa satu kesatuan,
maka saya mengandaikan seperti sumur tanpa dasar. Bagaimana mungkin seseorang
hanya membaca tetapi tidak berpikir? Bagaimana seseorang hanya membaca dan
berpikir tetapi tidak mempercayai apa yang dibaca dan dipikirkannya?
Dan bagaimana seseorang
membaca dan berokir serta mempercayai jika ia tidak melakukannya? Maka apa yang
dibaca dan dipikirkan, dan yang dipercayainya dan dengan tekun melakukannya
maka imannya akan menjadi tumbuh subur. Dan jika semua kriteria ini telah ada
didalam diri seseorang, maka Al-Kitab yang adalah kesaksian iman akan menjadi
pegangan hidupnya. Jika sudah menjadi pegangan hidup seseorang, ketika
seseorang menghadapi situasi hidup: baik itu susah maupun senang, ia akan
selalu mencari jalan keluar dalam hidupnya dengan bertolak pada Al-Kitab.
Karena didalam Al-Kitab itulah, Allah sedang berbicara kepadanya dan menuntun
dia serta memberikan jalan keluar terbaik untuk hidup yang lebih baik sesuai
dengan kehendak Allah sendiri.
Quis
Kitab Suci:
Selain bahan yang disampaikan ini, juga siswa-siswi mengikuti quis Kitab
Suci dengan membaca teks Injil Markus dari bab 10-16. Teks ini dibaca untuk
menjawab pertanyaan quis yang disusun oleh Elias Fransiskus Sitinjak,
S.Ag, guru Agama Katolik di sekolah tersebut dan Alfons Liwun, katekis yang
bertugas di Paroki Sungailiat. Seluruh proses kegiatan ini dilaksanakan di Gua
Maria Paroki Belinyu, Bangka. Proses kegiatan ini dilakukan dalam tiga bagian.
Salah seorang siswi tekun membaca soal |
Bagian pertama, siswa-siswi
diajak untuk berziarah ke Gua Maria St. Maria Pelindung Segala Bangsa, Belinyu.
Dalam ziarah bersama itu, siswa-siswi diajak untuk berdoa ke Yesus melalui
Bunda Maria, dengan berdoa Rosario dan diakhiri dengan renungan yang dibawakan
oleh Alfons Liwun, yang diambil dari teks Kisah Para Rasul 1:12-14. Alfons
Liwun, mengajak siswa-siswi untuk melihat dan menyadari bagaimana peran Bunda
Maria setelah Yesus naik ke surga, dengan sebuah pertanyaan dasar, apa peran
Bunda Maria yang secara eksplisit ada didalam teks Kisah Para Rasul (Kis.)
tersebut? Memang secara nyata Lukas (penulis Kis.) tidak menulis secara nyata,
peran Bunda Maria. Peran Maria terungkap jika kita diminta untuk mendalami teks
itu. Peran Maria disana adalah menjalankan perintah Yesus dengan mengumpulkan
para murid Yesus untuk berdoa, sharing pengalaman hidup bersama Yesus dan tentu
pengalaman-pengalaman kebersamaan dengan Yesus harus dihidupkan dalam kenyataan
hidup riil.
Bagian kedua, siswa-siswi
mengadakan quis Kitab Suci, dengan menjawab secara pribadi pertanyaan-pertanyaan
yang sudah disiapkan oleh para pendamping mereka. Jawaban secara tertulis
dilakukan dengan siswa-siswi menyebar di beberapa stasi jalan salib dan
diseputar halaman depan gua Maria. Elias, guru agama mereka menjelaskan bahwa maksud pembagian yang demikian adalah supaya dalam proses mengerjaan
jawaban, para siswa-siswi juga sedang disampingi dan disaksikan oleh Maria, Ibu
Yesus sendiri. Maria menjadi saksi bila terjadi contek. Ha....
Pendamping dan para siswa main game |
Bagian ketiga, siswa-siswi
diajak untuk mengalami kebersamaan dengan membangun kerjasama antar mereka,
kreativitas menciptakan persatuan diantara mereka, bersatu dalam
kelompok-kelompok kecil untuk mencari jalan keluar dengan game-game yang telah
disiapkan para pendamping. Permainan games ini dilakukan di Pantai Penyusuk-Modong,
hampir sejam perjalanan dari Kota Belinyu. Pantai yang indah dan mempesona
seakan penjemput kehadiran siswa-siswi untuk merasakan kebersamaan dan
membangun persekutuan diantara mereka. Makan bersama dengan makanan
alakadarnya, menambah semangat para siswa-siswi mengikuti proses kegiatan itu
dengan lebih gembira.
Para siswa main game: permainan yang mengasyikan. |
Ditengah cerahnya mentari dan
anggin pantai yang segar, kebersamaan yang dialami itu, akhirnya dihentikan
sejenak untuk berdoa, dan mengakhiri rangkaian kegiatan quis Kitab Suci itu.
Rombongan pulang ke Sungailiat, namun dalam bus Pownis, para siswa-siswi
berunding untuk di singgah di Kota Otak-Otak. Mereka membeli kerupuk dan
otak-otak sebagai hadiah bagi orangtua dan teman-teman SMK Negeri 1 Sungailiat
yang tidak mengikuti kegiatan itu. Bukan hanya para siswa, para guru pendamping seperti: Richardo Siahaan, S.Kom, Siswadi Nugroho, S.Kom,
dan Endang Hermanto, A.md. pun ikut berbelanja otak-otak di pinggir jalan untuk teman-teman guru mereka yang kebetulan tidak ikut mendampingi.
Para pendamping belanja otak2 Vicky di pinggir jalan Belinyu |