Senin, 23 September 2013

KELUARGA KUDUS NAZARET: TELADAN KELUARGA KATOLIK MASA KINI



Sumber Ringkasan:
Gagasan Pendukung BKSN 2013 yang disusun
oleh Paskalis Edwin Nyoman Paska

Injil tentang Keluarga Kudus Nazaret, dapat dibaca didalam Injil Lukas, 2:41-52.  Teks Injil ini merupakan salah satu subtema pertemuan pada bulan Kitab Suci Nasional 2013, khususnya pada pertemuan Komunitas Basis Gerejawi (KBG) ke-3. Membaca teks Injil tentang Keluarga Kudus Nazaret, ada tiga hal dasar yang dapat kita peroleh dalam teks ini. Pertama, Yesus yang berumur 12 tahun diajak orangtuanya pergi ke Yerusalem (2:41-42). Kedua, Yesus tertinggal di Yerusalem (2:43-50), dan ketiga, Yesus kembali ke Nasaret (2:51-52).

Yesus berumur 12 tahun diajak oleh orangtuanya ke Yerusalem. Bagi orang Yahudi, ada tiga perayaan besar yang dirayakan dalam kebersamaan di Bait Allah Yerusalem. Perayaan Paskah, Pentekosta, dan Pondok Daun.

Ketiga perayaan ini sebenarnya hanya dihadiri oleh orang laki-laki yang dewasa (umur 12 tahun ke atas). Mengapa Maria pun ikut? Apakah kehadiran Maria mau menjaga Yesus? Tidak! Maria ikut karena kesadarannya bahwa kebersamaan dalam keluarga tidak hanya dalam makan dan minum bersama. Kebersamaan itu harus dilanjutkan dalam persekutuan ibadah bersama. Kebersamaan Maria dengan Yusuf bukan juga karena kehadiran Yesus, tetapi kehadiran Yesus saat itu menjadi amat istimewa bagi kedua orangtua.

Kebersamaan keduanya ke Yerusalem, sejak awal perkawinan mereka. Perjalanan ke Yerusalem kali ini merupakan suatu perjalanan yang istimewa karena Yesus ikut, dan karena sudah dewasa. Bagi hukum Yahudi, laki-laki yang sudah dewasa harus ikut dan terlibat dalam hukum, termasuk ikut belajar hukum Taurat. Kehadiran Yesus di Yerusalem tidak hanya merayakan Paskah Yahudi, tetapi lebih jauh Yesus melihat dan mengalami bagaimana ajaran tentang hari raya Yahudi dalam keluarga-Nya itu dirayakan dalam kebersamaan. Dan ini menjadi momen perkembangan iman dan tugas Dia dimasa depan. Pertanyaan untuk kita adalah apakah keluarga-keluarga katolik dewasa ini pun mau mengikuti jejak Maria dan Yusup untuk selalu mengajak anak-anak pergi ke Gereja pada hari minggu dan hari-hari yang diwajibkan? Apakah orangtua Katolik pun mengajak anak-anak dan keluarga untuk terlibat dalam kegiatan KBG? Jika kita mau teladani keluarga kudus Nasaret, begitulah cara kita untuk setia dan patuh pada ajaran iman kita.

Yesus tertinggal di Yerusalem, bukan karena Yesus tidak mau pulang ke Nazaret. Yesus tinggal di Yerusalem karena mau belajar dan tanya jawab soal hukum Taurat. Yesus bertanya banyak hal soal hukum Taurat kepada para ulama. Tanya jawab ini mengandaikan bahwa Yesus pernah belajar. Siapa yang mengajar Yesus? Jelas bahwa Maria dan Yusup. Tanya jawab Yesus terhadap para ulama hanya sebatas membandingkan apa yang pernah diajarkan didalam keluarga Maria dan Yusup.

Disini Yesus mencocokan apa yang diajarkan oleh kedua orangtuanya dan apa yang dimengerti oleh para ulama. Maka iman dan pengetahuan ajaran di dalam keluarga menjadi tolak ukur bagi iman dan pengetahuan Yesus. Dan ternyata kehebatan Yesus dengan umur 12 tahun yang sudah mengetahui banyak hal, diakui oleh para ulama. Dengan pengakuan iman dan pengetahuan yang dimiliki oleh Yesus, nama Maria dan Yusup ikut dikenal.

Pertanyaan untuk kita, apakah keluarga Katolik dewasa ini juga mengajarkan iman dan pengetahuan yang dimiliki orangtua kepada anak-anaknya? Disaat begitu banyak tantangan yang dialami keluarga dewasa ini, terkadang iman dan pengetahuan tentang ajaran Gereja ditinggalkan begitu saja. Apalagi Kitab Suci, mungkin tidak ada waktu lagi untuk dibaca. Anak lebih disibukkan dengan les privat untuk sekolah, otak atik BB dan iPad, dan hp serta komputer. Menghabiskan banyak waktu pada permainan ini ketimbang mau belajar soal iman dan ajaran Gereja.

Yesus kembali ke Yerusalem, artinya Yesus pulang ke keluarga. Yesus mau belajar lagi tentang iman dan pengetahuan didalam pengajaran Maria dan Yusup. Kembali ke Yerusalem, artinya Maria dan Yusup menyimpanan banyak hal tentang apa yang dialami oleh Yesus ketika berhadapan dengan para ulama di Bait Allah, walaupun tidak seberapa yang dilihat dan dialami kedua orangtua-Nya saat berada di dalam Bait Allah. Itu berarti, bahwa apa yang diajarkan oleh Maria dan Yusup, ditangkap dan dipahami oleh Yesus. Ingin tahu Yesus lebih dalam lagi. Dan dialog dengan para ulama perlu dipahami bahwa Yesus sudah memulai membuka dialog kehidupan dengan para ulama.

Maria dan Yusup menyimpan banyak hal yang dialami oleh Yesus, itu artinya Maria dan Yusup membangun keluarga yang tenang, sabar, dan tidak sombong. Mereka tetap memprioritas hidup iman dalam keluarga. Mereka tetap menghadirkan nilai-nilai Injili terutama kasih dan ketaatan kepada Allah dan sesama serta kerendahan hati.

Cara hidup keluarga kudus patut dicontohi. Keluarga-keluarga Katolik dewasa ini dapat hidup mencontohi pola hidup keluarga kudus Nasaret, bila keberanian, kesetiaan dan ketaatan orangtua mau mendidik anak-anak dalam iman yang teguh. ***

Jumat, 20 September 2013

BERJUANGLAH MENGGAPAI KEJUJURAN



Renungan Hari Minggu Biasa XXV


Aksi Tiga Raja Di KBG St. Yoh. Pemandi
Pada tahun 1998, rezim orba runtuh. Bertepatan dengan peristiwa itu mahasiswa menuntut agar Indonesia benar-benar mereformasikan negaranya agar bebas dari korupsi dan nepotisme dalam segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun peta perjalanan ini terseok-seok. Tidak heran, estabilitas capres 2014, tetap tidak berbuahkan hasil. Kebanyakan rakyat lebih mengarahkan diri pada kerja dan sikap seorang mantan wali kota Solo, Jokowi.

Membaca dan merenung  ketiga (Am. 8: 4—7; 1Tim. 2: 1—8, dan  Luk. 16: 1—13), teks Kitab Suci kita pada Hari Mnggu Biasa XXV ini, Tuhan mengatakan kepada kita bahwa kejujuran dalam hidup butuh diperjuangkan. Kejujuran butuh pengendalian diri, butuh ketaatan hati dan budi, dan bukan hanya itu tetapi dibarengi juga dengan sikap setia pada peraturan yang berlaku.

Dalam bacaan Amos, Amos yang adalah seorang pemungut buah ara hutan dan peternak domba dari Tekoa mengingatkan orang-orang berkuasa yang mengisap keringat dan kerja orang-orang miskin. Bahwa kerja semacam itu tidak dikehendaki oleh Allah. Allah justru mengingat perbuatan-perbuatan orang yang selalu memeras, merampas dan mengambil hak-hak hidup orang lain. Allah akan memberikan hukuman bagi orang yang hidupnya dengan cara yang tidak benar itu.

Sedangkan Rasul Paulus mengingatkan Timotius agar berdoa juga bagi pemerintah yang sedang berkuasa sehingga mereka dengan adil memberikan waktu dan ruang bagi pertumbuhan iman kristiani, yang saat itu juga adalah agama yang kecil dalam negara itu.

Dan dalam Lukas, Yesus menyampaikan soal kejujuran, bahwa harus diperjuangkan dengan serius dan benar, bukan seperti perilaku bendahara yang ingin selamatkan diri dengan cara yang tidak jujur. Cara bendahara yang tidak jujur, justru membuatnya semakin jauh dari kenyamanan Kerajaan Allah.

Terkadang kejujuran dalam hidup sering kita lupakan. Kita lupa karena banyak alasan dan bahkan kenyamanan semu lainnya. Kejujuran tidak disukai lagi bila berhadapan dengan suatu situasi hidup yang menyalahi suara terbanyak, yang nota bene bertentangan dengan kejujuran itu sendiri. Sikap jujur yang berpuncak pada kebenaran, tidak banyak orang yang mau memperjuangkan. Bahkan dalam situasi ketika kejujuran yang menjadi taruhannya, orang pesimis dan lupa daratan. Kejujuran menjadi sirna dalam sikap bahkan dalam perilaku dan dalam hati nurani.

Berjuang untuk menggapai kejujuran
Dalam situasi yang demikian, seseorang membutuhkan keberanian diri dan berani juga untuk memberi warna yang berbeda, untuk mengubah situasi yang demikian itu. Dengan  cara seperti inilah Yesus menghendaki kita, untuk tampil membela orang-orang yang diperas dan dirampas hidupnya. Suara dan tindakan kenabian amat dibutuhkan saat itu. Yesus sendiri memperjuangkan kejujuran yang diajarkan oleh kedua orangtua-Nya dan dialami secara tansenden melalui hidup dalam Roh Bapa-Nya hingga wafat di kayu salib. Cara Yesus memperjuangkan kejujuran inilah yang mendorong kita pengikut-Nya untuk serius dan berjuang menghadirkan kejujuran itu dalam keluarga, dalam komunitas dan dalam masyarakat yang lebih luas. Kejujuran masa sekarang amat mahal, bahkan lebih mahal dari nyawa seseorang.***

Rabu, 18 September 2013

OMK SUNGAILIAT: BERGELUT SHARING INJIL TUJUH LANGKAH



Florentina Dewi Susanti: sedang menjelaskan maksud kegiatan OMK
Paroki Sungailiat sekarang lagi gencar di KBG-KBG dengan Sharing Injil 7 Langkah. Saya sendiri yakin bahwa ada banyak OMK Sungailiat yang selama ini tidak bergabung di KBG-KBG. Mungkin karena sibuk kerja atau karena sibuk belajar. Tapi dari semua OMK yang hadir sekarang ini, juga tidak dipungkiri bahwa ada juga yang sering hadir dalam pertemuan doa dan Sharing Injil KBG, ungkap Florentina Dewi Susanti, salah satu koordinator seksi OMK Paroki pada kata pengantar pertemuan OMK dengan Tim AsIPA Paroki Sungailiat, di Aula Paroki pada Rabu (18/9) dari jam 18.00-19.15. Lebih lanjut, pustakawati di SMP Sta. Maria Goretti Sungailiat ini menjelaskan bahwa dengan latar belakang ini, para pengurus OMK mengundang Tim AsIPA Paroki untuk menjelaskan Sharing Injil 7 Langkah dan langsung mempraktekkannya bersama dengan OMK. Sehingga OMK ketika masuk dalam KBG-KBG, tidak merasa kuper dan mau terlibat dalam Sharing Injil 7 Langkah. Selain itu juga, Dewi, yang juga salah seorang fasilitator di KBG Sta. Maria Goretti memberikan alasan kegiatan ini dilakukan karena bertepatan dengan bulan Kitab Suci Nasional, bulan September. Karena harapan para koordinator OMK, supaya proses ini dapat kita ikuti dan setia melewati rangkaian acara ini dengan serius dan lancar.

John Djanu Rombang: Tim AsIPA Merasa Bangga
Keprihatinan yang sama juga diungkapkan oleh salah seorang anggota Dewan Konsultatif Karya Pastoral Paroki Sungailiat, John Djanu Rombang dalam kata sambutannya. John berpendapat bahwa inisitiap OMK Sungailiat ini suatu kesempatan yang berharga dan bagus untuk kami Tim AsIPA memperkenalkan Sharing Injil 7 Langkah. John lebih jauh menjelaskan bahwa, pertemuan di KBG-KBG, pusatnya adalah Kitab Suci. Memang ada banyak metode yang boleh kita pakai untuk membaca Kitab Suci. Namun, untuk saat sekarang, sesuai dengan semangat visi, misi, dan spiritualitas Keuskupan Pangkalpinang, metode 7 Langkah dalam AsIPA adalah cara yang bagus untuk anggota KBG membaca, merenung, dan mensharingkan Injil. Langkahnya sederhana dan praktis. Walau demikian, kalau tidak diikuti langkah demi langkah, maka 7 Langkah yang dipakai ini tidak akan membangun spiritualitas kita, sebagai anggota Umat Allah. John mengajak OMK supaya kesempatan yang indah ini, mari kita sama-sama mengikuti proses ini biar Kitab Suci kita menjadi pusat dalam hidup kita. Sehingga ke gereja atau ke KBG, kita tidak hanya membawa buku nynyian Puji Syukur tetapi juga membawa Kitab Suci.

Kegiatan pertemuan itu dilanjutkan dengan penjelasan singkat 7 Langkah oleh Alfons Liwun dihadapan ke-39 anggota OMK Sungailiat, dengan rincian, 15 anggota OMK Karya dan 25 orang OMK yang masih duduk di bangku sekolah, khususnya di SMP St. Maria Goretti. Setelah penjelasan singkat 7 Langkah, OMK dibagi dalam empat kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil itu didampingi oleh dua anggota Tim AsIPA Paroki untuk menjalankan Sharing Injil 7 Langkah. Kesempatan itulah, kelompok-kelompok kecil dilatih untuk mendoakan secara spontan secara singkat dan jelas, membuka dan membaca Kitab Suci dari teks Injil Markus 5:13-16, tentang Garam dan Terang Dunia. Hampir setengah jam kelompok-kelompok kecil itu melewati 7 langkah secara baik dan lancar. Bahkan ada diantara OMK pelajar yang mempunyai aksi nyata berdoa bagi orangtua, mau menjalankan 7 langkah dalam keluarganya, bahkan di sekolahnya.
Martinus Slamet dan Nona Yati: mendampingi kelompok kecil
Setelah menjalankan 7 langkah di kelompok-kelompok kecil, diadakan pleno singkat dengan sharing pengalaman tentang proses 7 langkah tadi. Ada beberapa OMK pelajar yang merasa tertarik dengan langkah demi langkah yang dilaluinya dengan mudah, dan bahkan ada yang berpendapat dengan metode ini dibantu untuk cara membaca dan merenungkan Kitab Suci. Diakhir kegiatan itu, Dewi, koordinator OMK berpesan, ini kegiatan Sharing Injil 7 Langkah perdana. Nanti ke depan kita akan menjalankan lagi. Tentu kita tetap meminta bantuan Tim AsIPA untuk mendampingi kita terus dalam proses ini. Rangkaian Sharing Injil 7 Langkah, lumayan bagus. Hanya saja, karena baru pertama kali, ada banyak OMK sudah bisa membaca dan memilih kata-kata singkat atau ungkapan-ungkapan singkat, tetapi belum memahami apa yang dipilih itu. Supaya bisa dipahami apa yang dipilihnya, kegiatan ini perlu dilanjutkan lagi, ungkap B.S. Mega, salah seorang anggota OMK yang hadir dalam pertemuan tersebut.

B.S. Mega dan A. Irawati: Menjadi Fasilitator dalam Kelompok Kecil
Melalui kegiatan ini, Tim AsIPA pun berharap supaya OMK yang sedang berkarya, dapat bergabung dengan Tim AsIPA Paroki, biar sama-sama belajar tentang modul-modul AsIPA. Siapa tahu ke depan bisa melanjutkan estafet AsIPA Paroki kepada generasi berikutnya. Menanggapi hal ini, Dewi dan Mega terkesan memiliki harapan yang sama. Hanya saja dalam pertemuan OMK secara interen akan dibicarakan lebih lanjut. Tim AsIPA punya harapan itu karena di KBG-KBG sekarang minim hadir OMK, apalagi menjadi fasilitator KBG-KBG. Para orangtua di KBG-KBG sudah berharap OMK dapat meluangkan waktu dan dirinya untuk “melarut” dalam kegiatan-kegiatan KBG-KBG, sehingga mampu untuk memberi suasana yang enak, meng-asin-kan yang masih tawar dan meng-awet-kan suasana persaudaraan yang sudah dibangun dalam KBG-KBG. Ya....begitulah kalau mau “Menjadi Garam dan Terang Dunia. **alfonsliwun**