Sabtu, 24 Agustus 2013

MENGAPA KOMUNITAS BASIS GEREJAWI?



 Berdasarkan refleksi Biblis-Teologis Sharing Injil Para Fasilitator KBG-KBG Paroki Sungailiat

Inilah sebuah pertanyaan yang sedang digumuli secara khsusu oleh umat Katolik Paroki Sungailiat (4/8/2013) pada bulan Syukuran 2013 Keuskupan Pangkalpinang, yang setiap tahun dilaksanakan pada bulan Agustus. Pertanyaan ini mau mengatakan kepada umat Katolik Paroki Sungailiat sekaligus Keuskupan Pangkalpinang bahwa sudah saatnya umat perlu membaharui dirinya sesuai dengan semangat visi, misi, dan spiritualitas Keuskupan Pangkalpinang, Post Sinode II yang merupakan Pedoman Pastoral Keuskupan Pangkalpinang itu sendiri. Bahwa pembaharuan diri itu mencakup cara berpikir, cara kerja, cara membangun relasi-komunikasi, dan memandang Gereja sebagai Umat Allah yang bersama-sama membangun diri menuju Kerajaan Surga. Cara-cara ini ditunjukkan dalam membangun Komunitas Basis Gerejawi, sebagai perwujudan konkrit Gereja itu sendiri.

Ada beberapa alasan dalam teks Kitab Suci berikut ini yang dapat mendorong kita untuk mengembangkan KBG sebagai sebuah lokus dan sekaligus fokus pastoral Gereja dewasa ini. Markus 3:13-19: Yesus mendirikan komunitas kecil yang terdiri dari 12 rasul. Kita boleh menggali teks ini dengan lebih teliti mengapa Yesus membangun komunitas kecil yang terdiri dari 12 orang yang disebut rasul. Yesus mempunyai banyak pengikut. Dari sekian banyak pengikut itu, ada 12 orang yang dipanggil-Nya secara khusus. Panggilan mereka secara khusus ini perlu dipandang dalam perseptif persiapan misi di masa depan. Mengapa? Tidak berlebihan bila kita mengatakan bahwa ke-12 orang itu memiliki kemampuan yang terbatas saat itu. Mereka rata-rata orang kecil, pinggiran dan tidak dihargai dalam kalangan kelas menegah ke atas. Mereka bukan seorang imam keturunan Lewi. Mereka bukan kelompok orang Saduki, dan lain-lain yang terkenal. Namun mereka adalah para nelayan kecil di Galilea, petani serabutan lahan garapan, dan pegawai dan pemungut cukai yang sering disibir orang kebanyakkan.

Mereka dipanggil Yesus secara khusus untuk pemberdayaan, walaupun mereka sering jatuh bangun dalam pemberdayaan itu sendiri. Mereka terkadang merasa diri hebat dari para pengikut yang lain, tetapi ditegur Yesus supaya menjadi pelayan untuk semuanya. Bahkan Yesus meminta mereka untuk menjadi seperti anak kecil (Mrk. 9:35-37). Latar belakang hidup 12 orang yang berbeda-beda itu, bukan gampang untuk membangun komitmen, bukan mudah untuk mengikuti tuntutan Yesus. “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu di surga sempurna” (Mat.5:48). Rasanya sulit sekali, tuntutan Sang Guru ini. Namun dengan pola pemberdayaan sederhana, sesuai dengan konteks latar belakang 12 orang itu, ternyata mereka mampu untuk membawa Kabar Gembira bagi dunia.

Kepada 12 orang itu, dengan latar belakang petani, Yesus memberdayakan pola berpikir, cara pandang dan cara kerja, seperti seorang petani dalam perumpamaan “Pokok Anggur, Lalang di tengah Gandum, dan lain-lain...”. Kepada 12 orang dengan latar belakang pegawai dan pemungut cukai, Yesus dengan tegas mengatakan, jangan memeras, cukupkan dirimu dengan gaji yang ada. Dan kepada 12 orang dengan latar belakang nelayan, Yesus menasihat mereka, “bertolaklah lebih ke dalam lagi...” Dengan jumlah 12 orang, Yesus mampu mengenal latar belakang hidup mereka, mengenal cara berpikir mereka, mengenal cara kerja mereka, dan mengenal cara mereka untuk membangun relasi satu sama lain.

Lalu pertanyaan kita untuk teks ini, mengapa Komunitas Basis Gerejawi? Membaca teks ini secara keseluruhan, kita dengan gampang menemukan jawabannya atas pertanyaan tadi. Jawabanya adalah supaya dalam KBG, anggota KBG berpusat pada Yesus (3:13-14), supaya mereka berkumpul bersama menjadi satu kesatuan yang utuh (semangat communio) (3:16-19), dan memberitakan Injil (3:14-15). Apakah hanya ada jawaban itu? Tentu tidak! Masih ada jawaban lain, yaitu ketika sudah berkumpul bersama dalam KBG, anggota-anggota KBG itu membangun relasi yang kuat antar mereka, bukan hanya sebatas mengenal nama dan tempat tinggal serta jumlah anggota keluarga. Ketika sudah berkumpul, anggota KBG dibangkitkan semangatnya untuk tekun membaca Kitab Suci, memahami ajaran iman dan Gereja, berani membuka diri bagi sesama walaupun dengan latar belakang asal usul yang berbeda seperti 12 rasul tadi. Pendek kata, KBG harus ada program pemberdayaan bagi anggotanya sehingga KBG sungguh-sungguh menampilkan wajah Gereja masa kini. Supaya pemberdayaan yang terjadi di KBG sungguh-sungguh berbuah hasil yang baik, anggota KBG perlu dalam jumlah yang kecil.

Yohanes 17:18-23: Persekutuan dalam Allah hendaknya dapat dicerminkan dalam diri para murid Yesus. Membaca keseluruhan teks Injil ini, kita boleh mengatakan bahwa teks ini merupakan teks doa Yesus kepada para rasul dan murid-Nya. Isi doa Yesus agar para murid dan rasul-Nya selalu bersatu secara interen dan tetap teguh dalam berpusat pada Yesus sendiri. Bahwa persatuan para murid dan rasul dengan Kristus, adalah persekutuan yang transenden, sebuah persekutuan rohani yang tidak dapat dipisahkan. Dan persekutuan itu tetap hidup selamanya sampai akhir zaman. Juga artinya bahwa persekutuan karena Kristus dan berkat ketekunan usaha para murid dan rasul Yesus itu, menguatkan para murid dan rasul Yesus untuk mengalami kehadiran Yesus kapan dan dimana saja mereka berkarya.

Melalui teks ini, kita kembali pada pertanyaan yang sama tadi, mengapa Komunitas Basis Gerejawi? Komunitas Basis Gerejawi dibentuk untuk sebuah pertemuan. Pertemuan adalah jiwa KBG. KBG tanpa pertemuan adalah mati. Pertemuan di KBG senantiasa dilakukan agar KBG itu tetap berpusat pada Kristus. Keberpusatan pada Kristus melalui pertemuan doa dan Sharing Injil dan Ekaristi sebagai sumber dan puncak karya KBG. Sharing Injil merupakan spiritualitas KBG itu sendiri. Dalam pertemuan doa dan Sharing Injil, KBG mendoakan anggota KBG-nya, saling berbagi pengalaman iman, juga pengalaman manusiawi sehari-hari, dan bersama-sama melaksanakan aksi nyata yang berdasarkan hasil doa dan Sharing Injil. Dengan cara demikian, KBG membangun persekutuan dengan Kristus dan Kristus sendiri senantiasa hadir menyertai KBG.

Teks Lukas 8:1-3 dan Yohanes 12:6: Anggota-anggota komunitas kecil di sekitar Yesus saling berbagi harta mereka. Ternyata komunitas yang dibangun Yesus tidak hanya berdoa dan bermatiraga. Tidak juga hanya untuk saling kenal melalui kumpul-kumpul doank. Dalam berkumpul mereka saling sharing atas pengalaman hidup. Dan dari hasil sharing itu, mereka melaksanakan aksi nyata. Aksi nyata pun tidak hanya saling mendoakan. Aksi nyata yang mereka lakukan dalam teks ini, mempersembahkan harta yang ada pada mereka untuk sebuah karya pelayanan mereka. Yesus berkarya bersama murid-murid-Nya tanpa biaya atau sarana prasarana yang ada pada para murid-Nya tentu karya pelayanan itu tidak berjalan dengan baik dan lancar. Karya pelayanan ternyata membutuhkan biaya, walaupun karya itu kecil. Namun, biaya bukan menjadi hal dasar atau pokok dalam karya itu sendiri.

Kita kembali lagi pada pertanyaan yang sama, mengapa KBG? Pelayanan dalam KBG itu hidup, tentu membutuhkan juga yang namanya biaya atau sarana prasarana. Namun harus diingat bahwa biaya bukan segala-galanya. Tapi zaman sekarang, segala-galanya termasuk karya pelayanan membutuhkan biaya. Maka pertanyaannya adalah dari mana biaya untuk karya pelayanan itu? Tentu dari anggota KBG. Tadi dalam teks dikatakan para pengikut Yesus membagikan harta mereka untuk karya pelayanan, maka jelas bahwa biaya pelayanan dalam KBG berasal dari anggota-anggota KBG. Biaya-biaya itu dapat diperoleh dari kolekte dalam setiap kali pertemuan doa dan Sharing Injil. Kolekte-kolekte itu dikelola dengan baik oleh KBG, supaya karya pelayanan yang direncanakan oleh KBG dapat berjalan sesuai dengan rencana. Karena itu, sesuai dengan semangat communion of communities, KBG pun secara berkala melaporkan secara transparan, jujur, dan jelas biaya-biaya karya pelayanan itu kepada pastor paroki, pimpinan Gereja Universal, Gereja setempat.

Teks 1Korintus 16:19-20 / Kolese 4:15-18 / Filemon 1-3: Gereja perdana yang berpindah dari rumah ke rumah mempunyai hubungan pribadi yang hangat. Teks ini mencermin cara hidup Gereja awal. Semuanya berjalan dari rumah ke rumah. Gereja hidup karena Gereja berjalan dari satu rumah ke rumah anggota yang lain. Secara kontekstual, Gereja mempunyai wilayah yang jelas dan saling berdekatan. Mengapa? Jelas bahwa agar anggota-anggota Gereja itu saling kenal satu sama lain. Dalam saling kenal itulah, tiap-tiap anggota Gereja dapat saling mengerti, saling merasakan, dan saling membantu sebagai pelaksanaan aksi nyata Gereja itu sendiri.

Kita kembali pada pertanyaan, mengapa KBG? Jelas bahwa KBG membantu anggotanya untuk saling mengenal dengan lebih mendalam. Gaudium et Spes 1 mengatakan “duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga.” Dalam semangat inilah, KBG hadir sebagai cara baru hidup menggereja yang kontekstual. Semangat ini dapat tercapai jika anggota-anggota KBG itu dalam jumlah yang kecil, 12 orang (bdk. Markus, 3:13-19 ) atau kira-kira 50 orang (bdk. Lukas, 9:14) atau sesuai dengan Pedoman Pastoral Keuskupan Pangkalpinang 15-20 Kepala Keluarga. Sehingga dalam jumlah yang kecil itu, anggota KBG merasakan kehadiran anggota-anggota KBG dalam setiap pertemuan KBG bukan hanya sebagai rutinitas tetapi kunjungan persaudaraan yang dipersatukan dalam pertemuan doa, Sharing Injil dan ekaristi yang dirayakan KBG bersama pemimpin Gerejanya.

Teks Kisah Para Rasul 2:43-47: Komunitas Kristiani di Yerusalem. Komunitas Para Rasul dan murid Yesus yang menetap di Yerusalem. Komunitas inilah yang disebut Komunitas Perdana. Komunitas yang mengalami hidup Yesus secara langsung. Komunitas yang hidup juga karena senantiasa dibimbing oleh Bunda Maria, setelah Yesus bangkit dan naik ke surga. Boleh kita sebut sebagai “Sekolah Maria.” Komunitas yang memiliki dasar hidup yang lengkap, bertetangga dekat, berkumpul dengan sharing pengalaman Maria dan para rasul ketika bersama dengan Yesus, dan merayakan ekaristi serta mampu bersaksi sehingga jumlah mereka hari demi hari semakin bertambah.

Kita kembali pada pertanyaan dasar tadi, mengapa KBG? KBG dibentuk untuk melaksanakan semangat Komunitas Perdana. Mereka telah membuktikan semangat hidup persaudaraan sejati kepada Gereja Katolik dewasa ini, sehingga nama Kristus dikenal dan dihayati sebagai Sang Penyelamat. Berkat misi mereka-lah, Kristus dapat dikenal dimana-mana dalam dunia ini. Keteladanan hidup mereka inilah yang mau kita bangun dan hidupkan dalam KBG kita saat ini.

Teks Kisah Para Rasul 11:19-26: Komunitas Kristen di Antiokhia. Komunitas ini dibentuk oleh Rasul Paulus setelah bertobat. Komunitas pertama yang dibangun diluar dari pusatnya di Yerusalem. Komunitas ini sebuah komunitas yang hidup. Karena menjadi sebuah komunitas yang hidup, maka terdengar juga sampai pada telinga para rasul dan murid Yesus di Yerusalem. Dan untuk membuktikan bahwa komunitas di Antiokhia adalah Komunitas Kristen, para rasul di Yerusalem mengutus Barnabas untuk pergi ke Antiokhia dengan misi mengecek apakah benar komunitas yang dibangun Paulus itu berpusat pada Kristus, berkomunio dan bermisi Kerajaan Allah? Hasilnya bahwa benar komunitas Antiokhia, hidup dan berkarya karena berpusat pada Kristus yang satu dan sama. Komunitas Antiokhia-lah komunitas pertama yang terjalin erat dengan komunitas perdana di Yerusalem.

Kita kembali kepada pertanyaan dasar tadi, mengapa KBG? KBG dibentuk bukan untuk memisahkan diri dari pusatnya. KBG dibentuk bukan juga agar berjalan sendiri-sendiri berdasarkan keinginan anggota KBG-nya. KBG dibentuk berdasarkan cirinya yang khas yaitu tetap terjalin erat dengan pusat-nya yaitu Gereja Universal yang nampak paling dekat yaitu Gereja Paroki, Gereja setempat yang bersumber pada Ekaristi.

Melalui refleksi atas beberapa teks Kitab Suci di atas tadi, teks umum yang perlu didalami KBG, supaya menemukan kesinambungan dengan teks Kisah Para Rasul 2: 1-24. Pertanyaan yang lebih mendalam adalah apa kesinambungan dari beberapa teks tadi dengan teks Kisah Para Rasul ini?

Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, teks Kisah Para Rasul 2:1-24, terdiri dari dua bagian besar. Kisah Para Rasul 2:1-13, kisah tentang peristiwa pentekosta, turunnya Roh Kudus atas para rasul dan murid perdana di Yerusalem. Turunnya Roh Kudus, Gereja secara duniawi nampak dengan lebih jelas. Gereja sunguh mendapat tempat yang nyata dan riil sebagai sebuah perkumpulan umat beriman kepada Kristus. Teks ini boleh kita sebut sebagai proklamasi kehadiran Gereja. Kisah Para Rasul 2:14-24, mengisahkan kotbah Petrus, pemimpin Gereja yang pertama. Coba kita bayangkan, Petrus yang dikenal sebagai seorang nelayan, tidak mempunyai pendidikan yang besar seperti para pengikut Kristus dewasa ini, kog mampu berkotbah dan menunjukkan jati diri sebagai seorang pengkut Kristus untuk manusia di seluruh dunia? Dari mana pengetahuan yang hebat itu diperolehnya? Keheranan orang-orang awam disekitar Petrus sama seperti ketika Yesus tampil di kampung halamannya, lalu orang bertanya, Dia inikan anaknya Maria dan Yosep, si tukang kayu, dari mana dia memproleh pengetahuan sehebat ini sehingga Ia bisa mengajar dengan begitu berkobar-kobar? Herankan? Sama dengan Petrus yang berkobar-kobar saat setelah pencurahan hidup dalam Roh.

KBG dibentuk agar anggota KBG berpusat pada Kristus. Keberpusatan pada Kristus, anggota KBG mendapat pengetahuan iman dan hidup rohani yang lebih baik melalui pertemuan doa, Sharing Injil dan program pemberdayaan yang lain. Keberpusatan pada Kristus, anggota KBG belajar untuk menjadi murid Yesus sama seperti 12 rasul tadi. Didalamnya itu, anggota belajar satu sama lain untuk saling berbagi iman dan segi hidup yang lain. Sehingga secara perlahan-lahan kehidupan KBG semakin hari semakin disempurnakan baik dalam hal kerohanian maupun dalam kehidupan riil bersama masyarakat yang lebih luas.

KBG dibentuk agar anggota KBG dapat berkumpul, mengadakan pertemuan doa dan Sharing Injil. Pertemuan KBG adalah jiwa KBG itu sendiri. KBG tanpa pertemuan adalah mati. Dengan pertemuan yang terus menerus, seminggu sekali, anggota KBG-nya saling mengenal satu sama lain. Dengan saling mengenal satu sama lain, anggota KBG saling menghormati dan menghargai perbedaan dengan asal usul keluarga yang berbeda itu. Dengan begitu anggota KBG merasakan apa yang seperti dikatakan GS 1, dan dikuatkan oleh Ekaristi. Dengan saling berbagi pengalaman, saling mengenal dan hidup dalam ketekunan iman pada Kristus, muncul apa yang kita sebut, pembaharuan diri dalam hidup menggereja. Aksi nyata merupakan pelaksanaan misi KBG, misi Gereja itu sendiri. Aksi nyata lahir dari Sharing Injil dan Ekaristi itu sendiri. Dengan cara hidup, cara berpikir, cara kerja, dan cara membangun relasi yang demikian, setiap anggota KBG akan menjadi sebuah Gereja Partisipatif. Petrus dengan caranya mewartakan Injil, begitu juga dengan para rasul dan murid Yesus yang lain. Sebaliknya Gereja Katolik dewasa ini yang hidup dalam KBG, memiliki caranya dengan pertemuan doa, Sharing Injil dan ekaristi menjadi kekuatan untuk melaksanakan aksi nyata bagi dunia saat ini. Dengan demikian, melalui cara hidup yang demikian itu, KBG hidup menampilkan wajah paroki. Paroki hidup menampilkan wajah Keuskupan Pangkalpinang. (alfons liwun).


Jumat, 23 Agustus 2013

PADUAN SUARA ANAK-ANAK EPIFANI SUNGAILIAT



Paduan Suara Anak-anak Paroki Sungailiat mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi. Mereka ikut berpartisipasi dengan bakat suara yang diberikan Tuhan kepada mereka. Terlihat dirigen dokter benedikt, seorang dokter yang berkarya di RS. Arsani Sungailiat yang sedang memimpin paduan suara anak-anak.

Gereja Partisipatif yang menjadi visi Keuskupan Pangkalpinang, menempatkan ruang juga bagi bakat dan talenta selain umat dewasa juga anak-anak yang terlibat baik dalam Putera-Puteri Altar, SEKAMI, SBY (Sabtu Bersama Yesus) dan juga dalam berbagai aktivitas lain di KBG.

dr. Benedit lagi dirigen...

KIPRAH ST. ANNA PAROKI SUNGAILIAT

Kelompok Kategorial Ibu-Ibu Sta. Anna Paroki Sungailiat. Siap-siap untuk berziarah pertama kali ke luar Bangka. Mereka akan keliling tempat-tempat ziarah di Yogjakarta. Mereka dibawah pimpinan Bpk. Budi Soeprapto dan Ibu Anastasia Lina Wijayanti.

Rata-rata ibu-ibu ini berumur 50-an tahun, hanya sedikit yang berumur 40-an. Mereka antusias mau menikmati indahnya Kota Yogjakarta dan tempat-tempat ziarah rohani yang sudah sering dikenal.
Kelompok Kategorial Sta. Anna Paroki Sungailiat sebelum ke Yogjakarta

GEREJA PAROKI SUNGAILIAT: DARI BIOSKOP ATIK

Gereja Katolik Paroki Sungailiat baru beralih dari Gedung Bioskop "Atik" ke tempat ibadat umat Katolik Sungailiat. Sebagai tempat ibadat umat Katolik Sungailiat, Gereja baru pada 22 September 1968. Padahal umat Katolik Sungailiat, telah dirintis oleh Pastor Johannes Allard, SS.CC dari tahun 1933.

Pastor Johannes Allard lahir di Den Haag Belanda, 15 April 1900. Beliau adalah seorang dosen yang pernah mengajar di Institut Damian St. Oedenrode. Beliau ditawan tentara Jepang dan diisolasi di Sumatera, dekat Pramabuli.
Gereja Katolik Paroki Sungailiat: dari Bioskop