Sumber Ringkasan:
Gagasan Pendukung BKSN
2013 yang disusun
oleh Paskalis Edwin
Nyoman Paska
Injil tentang Keluarga Kudus Nazaret, dapat
dibaca didalam Injil Lukas, 2:41-52. Teks
Injil ini merupakan salah satu subtema pertemuan pada bulan Kitab Suci Nasional 2013, khususnya
pada pertemuan Komunitas
Basis Gerejawi (KBG) ke-3. Membaca teks Injil tentang Keluarga Kudus
Nazaret,
ada tiga hal dasar yang dapat kita peroleh dalam teks ini. Pertama, Yesus yang
berumur 12 tahun diajak orangtuanya pergi ke Yerusalem (2:41-42). Kedua, Yesus
tertinggal di Yerusalem (2:43-50), dan ketiga, Yesus kembali ke Nasaret
(2:51-52).
Yesus berumur 12 tahun diajak
oleh orangtuanya ke Yerusalem. Bagi orang Yahudi, ada tiga perayaan besar yang
dirayakan dalam kebersamaan di Bait Allah Yerusalem. Perayaan Paskah,
Pentekosta, dan Pondok Daun.
Ketiga perayaan ini
sebenarnya hanya dihadiri oleh orang laki-laki yang dewasa (umur 12 tahun ke
atas). Mengapa Maria pun ikut? Apakah kehadiran Maria mau menjaga Yesus? Tidak!
Maria ikut karena kesadarannya bahwa kebersamaan dalam keluarga tidak hanya
dalam makan dan minum bersama. Kebersamaan itu harus dilanjutkan dalam
persekutuan ibadah bersama. Kebersamaan Maria dengan Yusuf bukan juga karena
kehadiran Yesus,
tetapi kehadiran Yesus saat itu menjadi amat istimewa bagi kedua orangtua.
Kebersamaan keduanya ke
Yerusalem, sejak awal perkawinan mereka. Perjalanan ke Yerusalem kali ini merupakan suatu
perjalanan yang istimewa karena Yesus ikut, dan karena sudah dewasa. Bagi hukum Yahudi,
laki-laki yang sudah dewasa harus ikut dan terlibat dalam hukum, termasuk
ikut belajar hukum Taurat. Kehadiran Yesus di Yerusalem tidak hanya merayakan Paskah Yahudi,
tetapi lebih jauh Yesus melihat dan mengalami bagaimana ajaran tentang hari
raya Yahudi dalam keluarga-Nya itu dirayakan dalam kebersamaan. Dan ini menjadi
momen perkembangan iman dan tugas Dia dimasa depan. Pertanyaan
untuk kita adalah apakah keluarga-keluarga katolik dewasa ini pun mau mengikuti
jejak Maria dan Yusup untuk selalu mengajak anak-anak pergi ke Gereja pada hari
minggu dan hari-hari yang diwajibkan? Apakah orangtua Katolik pun mengajak
anak-anak dan keluarga untuk terlibat dalam kegiatan KBG? Jika kita mau
teladani keluarga kudus Nasaret, begitulah cara kita untuk setia dan patuh pada ajaran iman kita.
Yesus tertinggal di
Yerusalem, bukan karena Yesus tidak mau pulang ke Nazaret. Yesus
tinggal di
Yerusalem karena mau belajar dan tanya jawab soal hukum Taurat. Yesus bertanya
banyak hal soal hukum Taurat kepada para ulama. Tanya jawab ini mengandaikan
bahwa Yesus pernah belajar. Siapa yang mengajar Yesus? Jelas bahwa Maria dan
Yusup. Tanya jawab Yesus terhadap para ulama hanya sebatas membandingkan apa
yang pernah diajarkan didalam keluarga Maria dan Yusup.
Disini Yesus mencocokan apa
yang diajarkan oleh kedua orangtuanya dan apa yang dimengerti oleh para ulama.
Maka iman dan pengetahuan ajaran di dalam keluarga menjadi tolak ukur bagi iman
dan pengetahuan Yesus. Dan ternyata kehebatan Yesus dengan umur 12 tahun yang
sudah mengetahui banyak hal, diakui oleh para ulama. Dengan pengakuan iman dan
pengetahuan yang dimiliki oleh Yesus, nama Maria dan Yusup ikut dikenal.
Pertanyaan untuk kita, apakah
keluarga Katolik dewasa ini juga mengajarkan iman dan pengetahuan yang dimiliki
orangtua kepada anak-anaknya?
Disaat begitu banyak tantangan yang dialami keluarga dewasa ini, terkadang iman
dan pengetahuan tentang
ajaran Gereja ditinggalkan begitu saja. Apalagi Kitab Suci, mungkin tidak ada waktu lagi untuk dibaca.
Anak lebih disibukkan dengan les privat untuk sekolah, otak atik BB dan iPad, dan hp
serta komputer. Menghabiskan banyak waktu pada permainan ini ketimbang mau
belajar soal iman dan ajaran Gereja.
Yesus kembali ke Yerusalem,
artinya Yesus pulang ke keluarga. Yesus mau belajar lagi tentang iman dan
pengetahuan didalam pengajaran Maria dan Yusup. Kembali ke Yerusalem, artinya
Maria dan Yusup menyimpanan banyak hal tentang apa yang dialami oleh Yesus
ketika berhadapan dengan para ulama di Bait Allah, walaupun tidak seberapa yang dilihat dan dialami
kedua orangtua-Nya saat berada di dalam Bait Allah. Itu berarti, bahwa apa yang
diajarkan oleh Maria dan Yusup, ditangkap dan dipahami oleh Yesus. Ingin tahu
Yesus lebih dalam lagi. Dan dialog dengan para ulama perlu dipahami bahwa Yesus
sudah memulai membuka dialog kehidupan dengan para ulama.
Maria dan Yusup menyimpan
banyak hal yang dialami oleh Yesus, itu artinya Maria dan Yusup membangun
keluarga yang tenang, sabar, dan tidak sombong. Mereka tetap memprioritas hidup
iman dalam keluarga. Mereka tetap menghadirkan nilai-nilai Injili terutama
kasih dan ketaatan kepada Allah dan sesama serta kerendahan hati.
Cara hidup keluarga kudus
patut dicontohi. Keluarga-keluarga Katolik dewasa ini dapat hidup mencontohi
pola hidup keluarga kudus Nasaret, bila keberanian, kesetiaan dan ketaatan orangtua mau
mendidik anak-anak dalam iman yang teguh. ***