Berdasarkan refleksi Biblis-Teologis Sharing Injil Para Fasilitator KBG-KBG Paroki Sungailiat
Inilah sebuah pertanyaan yang sedang digumuli secara
khsusu oleh umat Katolik Paroki Sungailiat (4/8/2013) pada bulan Syukuran 2013
Keuskupan Pangkalpinang, yang setiap tahun dilaksanakan pada bulan Agustus.
Pertanyaan ini mau mengatakan kepada umat Katolik Paroki Sungailiat sekaligus Keuskupan
Pangkalpinang bahwa sudah saatnya umat perlu membaharui dirinya sesuai dengan
semangat visi, misi, dan spiritualitas Keuskupan Pangkalpinang, Post Sinode II
yang merupakan Pedoman Pastoral Keuskupan Pangkalpinang itu sendiri. Bahwa
pembaharuan diri itu mencakup cara berpikir, cara kerja, cara membangun relasi-komunikasi,
dan memandang Gereja sebagai Umat Allah yang bersama-sama membangun diri menuju
Kerajaan Surga. Cara-cara ini ditunjukkan dalam membangun Komunitas Basis
Gerejawi, sebagai perwujudan konkrit Gereja itu sendiri.
Ada beberapa alasan dalam teks Kitab Suci berikut ini
yang dapat mendorong kita untuk mengembangkan KBG sebagai sebuah lokus dan
sekaligus fokus pastoral Gereja dewasa ini. Markus 3:13-19: Yesus mendirikan
komunitas kecil yang terdiri dari 12 rasul. Kita boleh menggali teks ini dengan
lebih teliti mengapa Yesus membangun komunitas kecil yang terdiri dari 12 orang
yang disebut rasul. Yesus mempunyai banyak pengikut. Dari sekian banyak pengikut
itu, ada 12 orang yang dipanggil-Nya secara khusus. Panggilan mereka secara
khusus ini perlu dipandang dalam perseptif persiapan misi di masa depan.
Mengapa? Tidak berlebihan bila kita mengatakan bahwa ke-12 orang itu memiliki
kemampuan yang terbatas saat itu. Mereka rata-rata orang kecil, pinggiran dan
tidak dihargai dalam kalangan kelas menegah ke atas. Mereka bukan seorang imam
keturunan Lewi. Mereka bukan kelompok orang Saduki, dan lain-lain yang
terkenal. Namun mereka adalah para nelayan kecil di Galilea, petani serabutan lahan
garapan, dan pegawai dan pemungut cukai yang sering disibir orang kebanyakkan.
Mereka dipanggil Yesus
secara khusus untuk pemberdayaan, walaupun mereka sering jatuh bangun dalam
pemberdayaan itu sendiri. Mereka terkadang merasa diri hebat dari para pengikut
yang lain, tetapi ditegur Yesus supaya menjadi pelayan untuk semuanya. Bahkan
Yesus meminta mereka untuk menjadi seperti anak kecil (Mrk. 9:35-37). Latar
belakang hidup 12 orang yang berbeda-beda itu, bukan gampang untuk membangun
komitmen, bukan mudah untuk mengikuti tuntutan Yesus. “Haruslah kamu sempurna,
sama seperti Bapamu di surga sempurna” (Mat.5:48). Rasanya sulit sekali,
tuntutan Sang Guru ini. Namun dengan pola pemberdayaan sederhana, sesuai dengan
konteks latar belakang 12 orang itu, ternyata mereka mampu untuk membawa Kabar
Gembira bagi dunia.
Kepada 12 orang itu,
dengan latar belakang petani, Yesus memberdayakan pola berpikir, cara pandang
dan cara kerja, seperti seorang petani dalam perumpamaan “Pokok Anggur, Lalang
di tengah Gandum, dan lain-lain...”. Kepada 12 orang dengan latar belakang pegawai
dan pemungut cukai, Yesus dengan tegas mengatakan, jangan memeras, cukupkan
dirimu dengan gaji yang ada. Dan kepada 12 orang dengan latar belakang nelayan,
Yesus menasihat mereka, “bertolaklah lebih ke dalam lagi...” Dengan jumlah 12
orang, Yesus mampu mengenal latar belakang hidup mereka, mengenal cara berpikir
mereka, mengenal cara kerja mereka, dan mengenal cara mereka untuk membangun
relasi satu sama lain.
Lalu pertanyaan kita
untuk teks ini, mengapa Komunitas Basis Gerejawi? Membaca teks ini secara
keseluruhan, kita dengan gampang menemukan jawabannya atas pertanyaan tadi.
Jawabanya adalah supaya dalam KBG, anggota KBG berpusat pada Yesus (3:13-14),
supaya mereka berkumpul bersama menjadi satu kesatuan yang utuh (semangat communio) (3:16-19), dan memberitakan
Injil (3:14-15). Apakah hanya ada jawaban itu? Tentu tidak! Masih ada jawaban
lain, yaitu ketika sudah berkumpul bersama dalam KBG, anggota-anggota KBG itu
membangun relasi yang kuat antar mereka, bukan hanya sebatas mengenal nama dan
tempat tinggal serta jumlah anggota keluarga. Ketika sudah berkumpul, anggota
KBG dibangkitkan semangatnya untuk tekun membaca Kitab Suci, memahami ajaran
iman dan Gereja, berani membuka diri bagi sesama walaupun dengan latar belakang
asal usul yang berbeda seperti 12 rasul tadi. Pendek kata, KBG harus ada
program pemberdayaan bagi anggotanya sehingga KBG sungguh-sungguh menampilkan
wajah Gereja masa kini. Supaya pemberdayaan yang terjadi di KBG sungguh-sungguh
berbuah hasil yang baik, anggota KBG perlu dalam jumlah yang kecil.
Yohanes 17:18-23: Persekutuan dalam Allah hendaknya dapat dicerminkan
dalam diri para murid Yesus. Membaca keseluruhan teks Injil ini, kita boleh
mengatakan bahwa teks ini merupakan teks doa Yesus kepada para rasul dan
murid-Nya. Isi doa Yesus agar para murid dan rasul-Nya selalu bersatu secara
interen dan tetap teguh dalam berpusat pada Yesus sendiri. Bahwa persatuan para
murid dan rasul dengan Kristus, adalah persekutuan yang transenden, sebuah
persekutuan rohani yang tidak dapat dipisahkan. Dan persekutuan itu tetap hidup
selamanya sampai akhir zaman. Juga artinya bahwa persekutuan karena Kristus dan
berkat ketekunan usaha para murid dan rasul Yesus itu, menguatkan para murid
dan rasul Yesus untuk mengalami kehadiran Yesus kapan dan dimana saja mereka
berkarya.
Melalui teks ini, kita
kembali pada pertanyaan yang sama tadi, mengapa Komunitas Basis Gerejawi?
Komunitas Basis Gerejawi dibentuk untuk sebuah pertemuan. Pertemuan adalah jiwa
KBG. KBG tanpa pertemuan adalah mati. Pertemuan di KBG senantiasa dilakukan
agar KBG itu tetap berpusat pada Kristus. Keberpusatan pada Kristus melalui
pertemuan doa dan Sharing Injil dan Ekaristi sebagai sumber dan puncak karya
KBG. Sharing Injil merupakan spiritualitas KBG itu sendiri. Dalam pertemuan doa
dan Sharing Injil, KBG mendoakan anggota KBG-nya, saling berbagi pengalaman
iman, juga pengalaman manusiawi sehari-hari, dan bersama-sama melaksanakan aksi
nyata yang berdasarkan hasil doa dan Sharing Injil. Dengan cara demikian, KBG
membangun persekutuan dengan Kristus dan Kristus sendiri senantiasa hadir
menyertai KBG.
Teks Lukas 8:1-3 dan Yohanes 12:6: Anggota-anggota komunitas kecil di sekitar Yesus saling berbagi harta
mereka. Ternyata komunitas yang dibangun Yesus tidak hanya berdoa dan
bermatiraga. Tidak juga hanya untuk saling kenal melalui kumpul-kumpul doank.
Dalam berkumpul mereka saling sharing atas pengalaman hidup. Dan dari hasil
sharing itu, mereka melaksanakan aksi nyata. Aksi nyata pun tidak hanya saling
mendoakan. Aksi nyata yang mereka lakukan dalam teks ini, mempersembahkan harta
yang ada pada mereka untuk sebuah karya pelayanan mereka. Yesus berkarya
bersama murid-murid-Nya tanpa biaya atau sarana prasarana yang ada pada para
murid-Nya tentu karya pelayanan itu tidak berjalan dengan baik dan lancar.
Karya pelayanan ternyata membutuhkan biaya, walaupun karya itu kecil. Namun,
biaya bukan menjadi hal dasar atau pokok dalam karya itu sendiri.
Kita kembali lagi pada
pertanyaan yang sama, mengapa KBG? Pelayanan dalam KBG itu hidup, tentu membutuhkan
juga yang namanya biaya atau sarana prasarana. Namun harus diingat bahwa biaya
bukan segala-galanya. Tapi zaman sekarang, segala-galanya termasuk karya pelayanan
membutuhkan biaya. Maka pertanyaannya adalah dari mana biaya untuk karya
pelayanan itu? Tentu dari anggota KBG. Tadi dalam teks dikatakan para pengikut
Yesus membagikan harta mereka untuk karya pelayanan, maka jelas bahwa biaya
pelayanan dalam KBG berasal dari anggota-anggota KBG. Biaya-biaya itu dapat
diperoleh dari kolekte dalam setiap kali pertemuan doa dan Sharing Injil.
Kolekte-kolekte itu dikelola dengan baik oleh KBG, supaya karya pelayanan yang
direncanakan oleh KBG dapat berjalan sesuai dengan rencana. Karena itu, sesuai
dengan semangat communion of communities,
KBG pun secara berkala melaporkan secara transparan, jujur, dan jelas
biaya-biaya karya pelayanan itu kepada pastor paroki, pimpinan Gereja
Universal, Gereja setempat.
Teks 1Korintus 16:19-20 / Kolese 4:15-18 / Filemon 1-3: Gereja perdana yang berpindah dari rumah ke rumah
mempunyai hubungan pribadi yang hangat. Teks ini mencermin cara hidup Gereja
awal. Semuanya berjalan dari rumah ke rumah. Gereja hidup karena Gereja berjalan
dari satu rumah ke rumah anggota yang lain. Secara kontekstual, Gereja
mempunyai wilayah yang jelas dan saling berdekatan. Mengapa? Jelas bahwa agar
anggota-anggota Gereja itu saling kenal satu sama lain. Dalam saling kenal
itulah, tiap-tiap anggota Gereja dapat saling mengerti, saling merasakan, dan
saling membantu sebagai pelaksanaan aksi nyata Gereja itu sendiri.
Kita kembali pada
pertanyaan, mengapa KBG? Jelas bahwa KBG membantu anggotanya untuk saling
mengenal dengan lebih mendalam. Gaudium et Spes 1 mengatakan “duka dan kecemasan orang-orang zaman
sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan
kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga.” Dalam
semangat inilah, KBG hadir sebagai cara baru hidup menggereja yang kontekstual.
Semangat ini dapat tercapai jika anggota-anggota KBG itu dalam jumlah yang
kecil, 12 orang (bdk. Markus, 3:13-19 ) atau kira-kira 50 orang (bdk. Lukas, 9:14) atau sesuai dengan Pedoman
Pastoral Keuskupan Pangkalpinang 15-20 Kepala Keluarga. Sehingga dalam jumlah
yang kecil itu, anggota KBG merasakan kehadiran anggota-anggota KBG dalam
setiap pertemuan KBG bukan hanya sebagai rutinitas tetapi kunjungan
persaudaraan yang dipersatukan dalam pertemuan doa, Sharing Injil dan ekaristi
yang dirayakan KBG bersama pemimpin Gerejanya.
Teks Kisah Para Rasul
2:43-47: Komunitas Kristiani di Yerusalem. Komunitas Para Rasul dan murid
Yesus yang menetap di Yerusalem. Komunitas inilah yang disebut Komunitas
Perdana. Komunitas yang mengalami hidup Yesus secara langsung. Komunitas yang
hidup juga karena senantiasa dibimbing oleh Bunda Maria, setelah Yesus bangkit
dan naik ke surga. Boleh kita sebut sebagai “Sekolah Maria.” Komunitas yang
memiliki dasar hidup yang lengkap, bertetangga dekat, berkumpul dengan sharing
pengalaman Maria dan para rasul ketika bersama dengan Yesus, dan merayakan
ekaristi serta mampu bersaksi sehingga jumlah mereka hari demi hari semakin
bertambah.
Kita kembali pada
pertanyaan dasar tadi, mengapa KBG? KBG dibentuk untuk melaksanakan semangat
Komunitas Perdana. Mereka telah membuktikan semangat hidup persaudaraan sejati kepada
Gereja Katolik dewasa ini, sehingga nama Kristus dikenal dan dihayati sebagai
Sang Penyelamat. Berkat misi mereka-lah, Kristus dapat dikenal dimana-mana
dalam dunia ini. Keteladanan hidup mereka inilah yang mau kita bangun dan
hidupkan dalam KBG kita saat ini.
Teks Kisah Para Rasul 11:19-26: Komunitas Kristen di Antiokhia. Komunitas ini dibentuk oleh Rasul Paulus
setelah bertobat. Komunitas pertama yang dibangun diluar dari pusatnya di
Yerusalem. Komunitas ini sebuah komunitas yang hidup. Karena menjadi sebuah
komunitas yang hidup, maka terdengar juga sampai pada telinga para rasul dan
murid Yesus di Yerusalem. Dan untuk membuktikan bahwa komunitas di Antiokhia
adalah Komunitas Kristen, para rasul di Yerusalem mengutus Barnabas untuk pergi
ke Antiokhia dengan misi mengecek apakah benar komunitas yang dibangun Paulus
itu berpusat pada Kristus, berkomunio dan bermisi Kerajaan Allah? Hasilnya
bahwa benar komunitas Antiokhia, hidup dan berkarya karena berpusat pada
Kristus yang satu dan sama. Komunitas Antiokhia-lah komunitas pertama yang
terjalin erat dengan komunitas perdana di Yerusalem.
Kita kembali kepada
pertanyaan dasar tadi, mengapa KBG? KBG dibentuk bukan untuk memisahkan diri
dari pusatnya. KBG dibentuk bukan juga agar berjalan sendiri-sendiri
berdasarkan keinginan anggota KBG-nya. KBG dibentuk berdasarkan cirinya yang
khas yaitu tetap terjalin erat dengan pusat-nya yaitu Gereja Universal yang nampak
paling dekat yaitu Gereja Paroki, Gereja setempat yang bersumber pada Ekaristi.
Melalui refleksi atas
beberapa teks Kitab Suci di atas tadi, teks umum yang perlu didalami KBG, supaya
menemukan kesinambungan dengan teks Kisah Para Rasul 2: 1-24. Pertanyaan yang lebih mendalam adalah apa
kesinambungan dari beberapa teks tadi dengan teks Kisah Para Rasul ini?
Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, teks Kisah Para Rasul 2:1-24, terdiri
dari dua bagian besar. Kisah Para Rasul 2:1-13, kisah tentang peristiwa
pentekosta, turunnya Roh Kudus atas para rasul dan murid perdana di Yerusalem.
Turunnya Roh Kudus, Gereja secara duniawi nampak dengan lebih jelas. Gereja
sunguh mendapat tempat yang nyata dan riil sebagai sebuah perkumpulan umat
beriman kepada Kristus. Teks ini boleh kita sebut sebagai proklamasi kehadiran
Gereja. Kisah Para Rasul 2:14-24, mengisahkan kotbah Petrus, pemimpin Gereja
yang pertama. Coba kita bayangkan, Petrus yang dikenal sebagai seorang nelayan,
tidak mempunyai pendidikan yang besar seperti para pengikut Kristus dewasa ini,
kog mampu berkotbah dan menunjukkan jati diri sebagai seorang pengkut Kristus
untuk manusia di seluruh dunia? Dari mana pengetahuan yang hebat itu
diperolehnya? Keheranan orang-orang awam disekitar Petrus sama seperti ketika
Yesus tampil di kampung halamannya, lalu orang bertanya, Dia inikan anaknya
Maria dan Yosep, si tukang kayu, dari mana dia memproleh pengetahuan sehebat
ini sehingga Ia bisa mengajar dengan begitu berkobar-kobar? Herankan? Sama
dengan Petrus yang berkobar-kobar saat setelah pencurahan hidup dalam Roh.
KBG dibentuk agar anggota KBG berpusat pada Kristus. Keberpusatan pada
Kristus, anggota KBG mendapat pengetahuan iman dan hidup rohani yang lebih baik
melalui pertemuan doa, Sharing Injil dan program pemberdayaan yang lain.
Keberpusatan pada Kristus, anggota KBG belajar untuk menjadi murid Yesus sama
seperti 12 rasul tadi. Didalamnya itu, anggota belajar satu sama lain untuk saling
berbagi iman dan segi hidup yang lain. Sehingga secara perlahan-lahan kehidupan
KBG semakin hari semakin disempurnakan baik dalam hal kerohanian maupun dalam
kehidupan riil bersama masyarakat yang lebih luas.
KBG dibentuk agar anggota KBG dapat berkumpul, mengadakan pertemuan doa
dan Sharing Injil. Pertemuan KBG adalah jiwa KBG itu sendiri. KBG tanpa
pertemuan adalah mati. Dengan pertemuan yang terus menerus, seminggu sekali,
anggota KBG-nya saling mengenal satu sama lain. Dengan saling mengenal satu
sama lain, anggota KBG saling menghormati dan menghargai perbedaan dengan asal
usul keluarga yang berbeda itu. Dengan begitu anggota KBG merasakan apa yang
seperti dikatakan GS 1, dan dikuatkan oleh Ekaristi. Dengan saling berbagi
pengalaman, saling mengenal dan hidup dalam ketekunan iman pada Kristus, muncul
apa yang kita sebut, pembaharuan diri dalam hidup menggereja. Aksi nyata
merupakan pelaksanaan misi KBG, misi Gereja itu sendiri. Aksi nyata lahir dari
Sharing Injil dan Ekaristi itu sendiri. Dengan cara hidup, cara berpikir, cara
kerja, dan cara membangun relasi yang demikian, setiap anggota KBG akan menjadi
sebuah Gereja Partisipatif. Petrus dengan caranya mewartakan Injil, begitu juga
dengan para rasul dan murid Yesus yang lain. Sebaliknya Gereja Katolik dewasa
ini yang hidup dalam KBG, memiliki caranya dengan pertemuan doa, Sharing Injil
dan ekaristi menjadi kekuatan untuk melaksanakan aksi nyata bagi dunia saat
ini. Dengan demikian, melalui cara hidup yang demikian itu, KBG hidup
menampilkan wajah paroki. Paroki hidup menampilkan wajah Keuskupan
Pangkalpinang. (alfons liwun).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar